- makan untuk hidup, tapi hidup bukan untuk makan saja -

Kuliner dengan Nama Nyeleneh dari Aceh: Memek!

Hmm, baca judulnya saja seperti bikin gimana gitu, entah geli, entah kaya gak sopan. Karena begini, kita semua reflek mengartikan istilah 'memek' sebagai sebutan bahasa daerah untuk kelamin perempuan.

Apalagi kata itu digunakan sebagai sebutan nama untuk kuliner. Banyak orang akan berpikir (-), mengasosiasikan dengan hal lain yang lebih ke sensualitas.

Baiklah kita kesampingkan itu, mimin mau cari tahu apa itu 'memek', yang jadi kuliner dengan nama nyeleneh menurut mimin, kuliner macam apa itu, mari kita simak informasinya di bawah ini.

Ini dia tampilan dari kuliner 'memek', ini jenis memek basah. Gambar diambil dari Google.

Seperti yang sudah disinggung sedikit di atas (judul), memek merupakan sebutan untuk makanan atau kuliner dari NAD (Nangroe Aceh Darusallam). Nama lainnya adalah mamemek, yang berasal dari bahasa Devayan. 'Mamemek' itu diartikan sebagai suara gemeretak.

Memang agak aneh sih, istilah kuliner tersebut lahir di Aceh. Terutama untuk yang awam, orang di luar Aceh. Kuliner ini lahir atau diciptakan pada masa pendudukan Jepang. Pada masa itu masyarakat berusaha menyembunyikan beras dari penjajah, untuk mengkonsumsinya mereka tak memasaknya karena takut penjajah mengetahui apa yang sedang diolah masyarakat, akhirnya beras tersebut dimakan mentah bersama dengan pisang. Suara gemeretak saat mengunyah ini dikenal dengan mamemek itu, seperti yang disebut di atas tadi. Seiring waktu pengolahan kudapan ini terjadi perkembangan hingga yang kita kenal saat ini.

Jadi memek ini merupakan kuliner khas dari daerah Pulau Simeulue. Kuliner satu ini bergenre bubur. Terbuat dari beras ketan dan pisang, ditambahkan santan, garam dan gula. Pisang yang digunakan berjenis pisang kepok atau pisang raja.

Kudapan ini dibuat dengan menyangrai beras ketan. Pisangnya ditumbuk kasar lalu dicampurkan dengan beras ketan, santan, garam dam gula. Disarankan disajikan saat masih panas atau hangat ya. Kudapan ini butuh waktu pengolahan selama sejam, sebelum dihidangkan.

Ada dua jenis memek, yaitu memek basah dan memek kering. Kalau memek kering, santannya itu diganti dengan kelapa parut dan gula.

Kuliner satu ini biasa dihidangkan pada saat tertentu, misalnya jadi jamuan wajib ketika ada tamu pemerintahan atau ada orang penting yang bertandang ke Simeulue. Saat menjelang buka puasa, kudapan ini sering jadi hidangan takjil.

Tahun 2019 yang lalu kuliner ini dijadikan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, hal ini diupayakan guna mencegah kepunahan dan klaim dari bangsa lain. Seperti yang biasa dilakukan oleh negara tetangga serumpun kita.

Itulah kira² informasi mengenai kuliner unik, yang punya nama cukup nyeleneh. Tetapi bagi yang sudah tahu informasi ini tentunya bisa menetralisir pikirannya menjadi (+), memahami apa sih sebenarnya kuliner satu ini. Berniat mencoba atau membuatnya? SSDK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ini tempat untuk berinteraksi, ketika ada ide yang lain atau sumbang saran, di sini tempatnya. Salam kenal sebelumnya :)

Adbox