- makan untuk hidup, tapi hidup bukan untuk makan saja -

Kuliner Ekstrim Bagi Saya! Gak Suka!

Kali ini saya mau berbagi kuliner yang gak begitu saya suka. Bukan berarti saya gak konsumsi atau anti sama sekali, saya masih bisa konsumsi tetapi jika bisa memilih tentunya tidak akan saya konsumsi.

Hmm kira² kuliner apa sih sampai seorang cocoper6 ini enggan memilih kuliner satu ini?

Kalian bisa lihat dokumentasi dibawah ini, bisa menebak atau mengira, kuliner apa ini?


Ya benar!

Itu adalah tutut kalau di Jawa Barat begitu dikenalnya, kalau di Jawa Timur ini dikenal dengan nama kreco.

Lalu untuk yang dikemas seperti sate itu adalah sate bekicot. Kalian tahu kan bekicot? Itu tuh 'molusca' berlendir, bercangkang yang biasa menempel di dinding lembab saat musim penghujan saat ini, yang geraknya lambat sekali.

Bagi saya keduanya itu seperti 'basudara' alias bersaudara. Tapi apakah benar demikian? Nah itu sekalian saya mau bahas soal kedua hewan itu yang sering dijadikan kuliner.

Saya menganggapnya kuliner 'ekstrim' mungkin terlalu hiperbola sih, tapi itu sebagai bentuk kekurang sukaan saya pada kuliner dua ini.

Mari kita bahas dari yang pertama tutut atau kreco dan kedua baru kita bahas bekicotnya.


Keong Sawah / Tutut / Keong Gondang
Itulah nama Indonesianya yang umum kita dengar secara nasional. Punya nama ilmiah Pila ampullacea. Yang umum dipanggil 'Pila'. Nama lainnya siput sawah, siput air dll. Masuk ke dalam Filum molusca. Sebenarnya masih berkerabat dengan keong mas, hanya saja berbeda diwarna cangkang yang cenderung hijau pekat mengarah kehitaman.

Habitatnya adalah di sawah/ persawahan, rawa, sungai dangkal, parit hingga danau. Area hidupnya tidak jauh dari tanah berlumpur yang basah, dengan aliran air lambat dan cenderung menggenang.

Ada dua jenis marga 'pila' yang hidup di sawah, yakni Pila scutata ini banyak ditemukan di Thailand, Kamboja, Malaysia, Indonesia (kecuali di Papua), dan Filipina. Pula polita ini banyak ditemukan di Thailand, Vietnam, Kamboja, Malaysia dan Indonesia (Sumatra - Jawa).

Molusca ini akan tumbuh subur di habitat yang tersedia banyak plankton, karena makanannya adalah plankton².

Molusca satu ini sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Molusca ini dikumpulkan dari alam lalu kemudian diolah. Informasinya, molusca ini punya kandungan gizi yang cukup baik.

Punya kandungan protein 12%, kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 gram air dalam 100 gram keong sawah, dan sisanya mengandung energi, protein, kalsium, karbohidrat, dan phosfor. Selain itu kandungan vitamin pada keong sawah cukup tinggi, dengan dominasi vitamin A, E, niacin dan folat.


Meski begitu, bagi kita yang akan mengkonsumsi atau mengolahnya sebagai kuliner, ada hal yang patut diketahui, bahwa molusca ini sering digunakan sebagai inang beberapa jenis parasit.

Selain itu, habitatnya yang akrab dengan pesawahan, memungkinkan tubuh si molusca ini menyimpan sisa pestisida yang digunakan di pesawahan untuk membasmi hama.



Bekicot
Hmm, saya dengar namanya saja sih sudah geli dan langsung terbayang tubuh basahnya dengan lendir, ketika merambat di dinding lembab berlumut ketika pagi hari. Gak kebayang sih makhluk berlendir ini dijadikan kuliner, bahkan katanya enak dibuat sate, yakni sate bekicot.

Hewan satu ini masih basudara dengan yang kita bahas pertama tadi, masih sesama molusca. Bekicot ini punya nama ilmiah Achatina fulica.

Masih basudara dengan siput sawah atau air tadi, kalau bekicot disebutnya siput darat.

Jangan heran, asal molusca satu ini adalah dari Afrika Timur dan menyebar ke seluruh penjuru dunia, terbawa akibat perdagangan. Bahkan molusca satu ini dianggap spesies invasif terburuk bagi dunia.

Saking dianggap spesies invasif, Amerika Serikat sampai melarang untuk menjadikan hewan ini sebagai hewan peliharaan.

Di Indonesia sendiri diperkirakan molusca ini mulai dikenal tahun 1922, kemudian spesies yang lainnya lagi mulai datang dan ditemukan di Indonesia tahun 1942 ketika penjajahan Jepang. 

Bekicot di luar negeri di kenal dengan nama escargots, terutama di Prancis. Molusca ini punya panggilan berbeda, diantaranya giant african land snail, giant east African land snail, giant African snail, dan Gemeine Riesenschnecke.

Kalau di Indonesia memiliki nama daerah yang berbeda-beda: Jawa Tengah dan Jawa Timur biasa mengenalnya dengan Bekicot atau Siput. Jawa Barat biasanya mengenalnya dengan Keong Racun.

Tak hanya di Indonesia molusca satu ini dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan. Di luar negeri terutama di Prancis pun sama, restoran² sering mengolah menu escargot. Ada yang bilang salah satu cara untuk mengecek apakah restoran tersebut mempunyai masakan yang enak-enak adalah melalui menu ini dahulu.

Ada catatan, meskipun molusca ini enak ketika dijadikan bahan makanan. Sama seperti bahasan pertama tadi, molusca ini punya resiko yang sama, yakni sering dijadikan inang bagi beberapa parasit tertentu, yang dapat beresiko menyebabkan radang selaput otak / meningitis.



Nah atas alasan resiko yang hampir sama dari kedua jenis molusca inilah, saya agak berhati-hati pada bahan makanan satu ini, entah sudah diolah seperti apapun, karena mengetahui ada resiko ini, sering membuat saya berpikir ulang untuk mengkonsumsinya meskipun punya kandungan gizi yang cukup baik.

Memang apabila molusca ini dibudidaya resiko untuk dijadikan inang parasit pasti bisa berkurang potensi terjangkit parasitnya.


Oke, segitu saja sharing kuliner dua ini, bagaimana, apakah kalian suka? Bagaimana kalian menyikapi soal resiko dari kuliner ini, share dikolom komentar ya.

Sampai jumpa disharing lainnya. -cpr-


6 komentar:

  1. Walah saya sebagai anak yang besar di kampung sangat mengenal kedua molusca tersebut.

    Keong sawah (nama di kampung saya). Di daerah saya sih gak banyak yang mau olah si keong ini. Hanya beberapa orang saja. Biasanya kalo ada yang suka makan yang aneh-aneh seperti keong disebutnya orang Gragas.

    Keong sawah justru laris manis untuk pakan bebek. Kadang saya angon bebek di sawah biar bebeknya mencari keong sawah dengan sendirinya.

    Bekicot (namanya sama seperti di daerah saya)
    Si bekicot mudah ditemui ditempat yang lembab, seperti di pohon pisang. Berhubung di rumah saya ada kebun pisang jadi bekicotnya banyak banget.
    Kadang gak sengaja keinjek sampe remuk cangkangnya. (Untungnya pake sendal)

    Nah, yang paling sering mencari bekicot itu biasanya tukang jamu tradisional. Kadang tukang jamu cari bekicot di kebun pisang saya bisa dapet banyak (seinget saya 3 plastik ukuran 3kg.

    Kalo di tanya saya pernah makan kedua molusca tersebut atau tidak.

    Tidak! Mungkin saya tidak jijik atau anti dengan kedua hewan tersebut, tapi untuk mengkonsumsinya sejak kecil orang tua saya melarang, kecuali untuk mereka yang ingin menggunakannya untuk obat.

    Mantap pak coco, infonya lengkap sekali dan sangat menambah wawasan.

    Duh komen saya panjangng banget seperti cerpen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gpp, sharing nya ini yang bermanfaat nambah informasi buat yang mampir.

      Btw termasuk hidangan yang diharamkan ya?

      Hapus
  2. Wah..jaman saya bocil dulu suka makan keong sawah ato Tutut..biasanya di sruput GT cara makannya..ato di cungkil pake tusukan...tapi udh ga pernah lagi..jarang nemuin juga..infonya guna banget mas..kudu ati"juga kalo mau makannya berati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bnr, makannya pake tusuk gigi, dicungkil, sy lihat adik sy makan enak banget, tp sy gak berminat mengikuti jejaknya.

      Ketakutan soal parasit dan kandungan logam berat dari sisa pestisida sih yang jadi bikin takut. Secara gak makan itu aja sdh banyak cemaran lain, masa iya mau ditambah lagi.

      Hapus
  3. Kenapa kalau saya makan keong sawah malah selalu enek ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa bumbunya bikin amis? Soalnya kalau yang masaknya kurang pinter, aromanya jadi amis. Katanya begitu kalau sering makan.

      Hapus

Ini tempat untuk berinteraksi, ketika ada ide yang lain atau sumbang saran, di sini tempatnya. Salam kenal sebelumnya :)

Adbox