- makan untuk hidup, tapi hidup bukan untuk makan saja -

Post Hiburan: Pernah Gak, Milih Gak Makan Lauk Karena Tahu Sumber Asalnya?

Postingan kali ini gak soal resep makan, ya sekedar ngobrol santai, bahas yang ringan², nyambi nunggu lauk makan siang disiapkan. 

Pernah gak sih sobat gaksukalapar.id memutuskan gak makan suatu lauk menu makan karena tahu darimana dia diproses, diambil atau bagaimana disajikannya? 

Contohnya begini, ini kebetulan pas lagi obrol² dengan owner gaksukalapar.id. Jadi Miss Wiji siang ini habis ngolah gurame goreng untuk lauk makan siang.

Hmm enak, gurih dan krenyes² pasti, dicocol pakai sambel dan nasi putih panas pasti mantabs. Kalian tergiur?

Nah dia memutuskan gak menyantap olahannya itu.

Hmm, gurame goreng kan enak ya, tapi koq gak mau disantap. Padahal itu menu kalau sudah masuk restoran jadi menu yang punya 'harga' dan relatif favorit banyak orang. 

Setelah mimin tanya, jawabannya apa, gak makan gurame goreng itu, yaitu karena tahu hidupnya bagaimana.

Mimin berbalik nanya dong, apa karena tahu si ikan itu makan ee?

Jadi sekedar informasi saja, ikan ini dipanen dari empang rumah sendiri, biasanya kan di desa namanya empang di atasnya suka dibuatkan kakus/ WC pup gitu, biasanya ikan yang dipiara makan ampas manusia itu, makanya mimin bertanya begitu. 

Tapi ternyata tidak, ternyata ikan² itu diberi makan 'gonggong' atau 'gonggom' entah itu istilah mereka yang didengar oleh Miss Wiji adalah seperti itu. Itu adalah campuran anak nyamuk dan lumut, kalau info dari Miss Wiji si begitu. Nah ini yang buat Miss Wiji nampaknya tak ada nafsu untuk memakan gurame yang dia tahu proses hidupnya. 

Nah apakah kalian juga pernah mengalami hal demikian? 

Kalau pertanyaannya dibalikan ke mimin, mimin tipe pemakan segala, alias omnivora jadi gak terlalu memusingkan soal dari mana asal dll., selama masih diolah dengan layak pasti mimin santap dengan lahap. 

Kecuali nih ya, olahan makanan yang nampak di sosial media, yang berasal dari street food India. Wah kalau itu saya pasti menolaknya, meskipun saya tak melihat bagaimana membuatnya, tapi apa yang sosial media tampilkan tentang bagaimana jajanan street food India dibuat, selalu terngiang-ngiang dikepala. 

Saya yakin pasti kalian berpikir hal yang sama, ya setuju dengan apa yang saya pikirkan. Karena memang tak layak santap lah kalau itu yang disajikan.

Bayangkan, mengaduk kuah dengan tangan telanjang, berkeringat, legam, menggunakan alat bantu aduk kayu biasa. Lalu kemudian mengolah atau mencampur adonan dengan seenak-enaknya tanpa memperhatikan prinsip higienitas, jika dimakan sendiri silakan tapi ini disajikan untuk dijual.

Oh no 🤮, sangat tidak disarankan untuk dikonsumsi bagi kita yang berpendapat sama. Tapi bagi yang masih mentolerir cara pengolahan seperti itu, silakan dan monggo disantap. 


Mimin berpikir apa yang kita makan itu juga bergantung dari pikiran juga sih ya. Jika pikiran kita memaklumi dan tidak mempermasalahkan proses dan apapun itu, pasti apapun makanannya selama layak santap, walau proses buatnya kaya yang di India street food, atau si ikan makan tai, atau pengolahannya gak layak, pasti tetap saja dimakan. Entah nanti efeknya sakit perut atau apapun itu, pasti apapun makanannya ya dimakan. 

Nah bagaimana dengan kalian, apakah juga terpengaruh dengan pikiran² kita sendiri ketikan menyantap suatu makanan? @cocoper6

1 komentar:

  1. Beberapa waktu lalu saya ada post soal lele Dumbo besar, dimana lele itu makanannya adalah bangkai, sampai akhirnya lele itu kita konsumsi, jika membayangkan apa yang dimakan lele itu kepikiran, tapi berusaha masa bodoh aja.

    BalasHapus

Ini tempat untuk berinteraksi, ketika ada ide yang lain atau sumbang saran, di sini tempatnya. Salam kenal sebelumnya :)

Adbox