- makan untuk hidup, tapi hidup bukan untuk makan saja -

Mengenal, Kuliner Khas China: Kompyang

Kompyang.... Jangan kira anda tengah mendengar suara gelas alumunium, seng atau besi yang tiba² tersenggol dari atas meja dan jatuh, 💢 #kompyang

Tidak², tidak demikian. Jadi ini saya mau bahas soal salah¹ kuliner yang cukup dikenal di kawasan Pecinan. Saya pertama kali mendengarnya dari Dewi calon teman hidup saya kelak. Dia memberikan saya sebuah roti, dengan taburan wijen di atasnya, teksturnya kaya roti, kaya bakpao tapi dia keras. 

Gak semua kuliner yang saya bahas ini keras ya, ternyata ada yang empuk juga lho dan minggu kemarin saya habis mencoba mencicipinya. 


Nama kuliner yang saya maksud dan akan saya bahas di sini kali ini adalah "kompyang" atau "kompiang".

Ilustrasi, penampakan kompia atau kompiang atau kompyang, gambar diambil dari Google

Menurut Wikipedia, ditulis dengan kata Kompia (å…‰ 饼; diucapkan Kom-pyang; Dialek Jian'ou : Guang-biang), adalah sejenis roti atau kue khas Tionghoa. Berhubung di Pasar Atom Surabaya itu adalah kawasan Pecinan, wajar saja di sana banyak menjual kuliner satu ini. 

Saya pakai istilah aslinya ya, "kompia". Kompia ini berasal dari Fuzhou, sebuah ibukota Provinsi Fujian, China (RRT). 

Jadi kuliner ini punya sejarahnya sendiri, tidak semata-mata jadi begitu saja, tapi ada yang melatarbelakanginya. 

Pada jaman perang, sekitar tahun 1563,  kala itu pahlawan Dinasti Ming yang bernama Qi Jiguang tengah memimpin pasukannya ke Provinsi Fujian, untuk melawan perompak dari Jepang. Pada saat itu, pasukan Dinasti Ming selalu bisa terlacak oleh perompak asal Jepang. Mereka bisa melacak dari titik dimana kemah pasukan Qi Jiguang didirikan, ketika berkemah pasti ada asap bakaran dan itulah yang jadi tanda para perompak melacak pasukan Dinasti Ming. 

Asap yang dikeluarkan dari kemah para pasukan Dinasti Ming dihasilkan dari bakaran untuk membuat makanan untuk mengisi perut pasukan. Sedangkan para perompak tidak mengalami masalah demikian, mereka sulit dilacak dimana mereka berkemah karena tidak ada tanda asap di setiap kemah mereka. 

Karena pasukan perompak asal Jepang ini memakan bekal ransum berupa onigiri yang tidak perlu dimasak atau dibakar dengan api untuk makanan mereka siap santap, tanpa api tentunya tidak akan ada asap. 

Akhirnya pasukan Dinasti Ming ini mencoba membuat makanan (roti) yang diberi lubang di tengahnya supaya mudah dibawa ketika perang, sehingga roti atau kue ini bisa diuntai dan diikat bersama. 

Pada akhirnya pasukan pimpinan Qi Jiguang berhasil memenangkan perang. Untuk mengenang sosok Qi Jiguang ini diberi nama "guang bing". 'Bing' sendiri berarti kue. 

Kuliner ini pada akhirnya sampai juga di Indonesia. Pastinya ini karena pengaruh dari perdagangan (saudagar²) dan ekspedisi² dimana makanan ini menjadi bekal perjalanan itu bisa saja, lalu mereka (saudagar² dan para pendatang) dari negeri tirai bambu yang ke Indonesia kemudian membuat makanan ini di Indonesia, untuk mengenang nostalgia para pendatang di negeri seberang. 

Di Indonesia, kompia, kompiang, kompyang ini dimasak menggunakan oven tandoor atau oven khas dari Timur Tengah, dimana di dalam oven ini diletakan kayu bakar menyala,  kemudian adonan kompia ini ditempel di dinding oven bagian dalam. 

Di Indonesia ada juga yang serupa dengan kompiang ini, namanya longa. Ini berasal dari NTT, tepatnya Manggarai, sering dijadikan oleh² ketika dari sana. Secara bentuk dan cara pembuatannya serupa dengan kompia atau kompiang, bahkan tampilan akhirnya pun serupa. Sering disebut 'kompyang longa'. Dikatakan khas NTT, tetapi kenapa mirip kompia yang asli dari China sana? 

Jawabannya karena yang merintis dan membuatnya pertama kali di NTT sana adalah seorang keturunan China yang sudah lama menetap di NTT, terutama di Ruteng, Manggarai. Dia dikenal dengan Bu Aci, Bedanya, longa ini dibuat tanpa lubang di tengahnya.

Ini video pembuatan kompia ala Manggarai, NTT, Indonesia

Untuk membuat roti ini membutuhkan waktu 11-12 jam adonan dipanggang di dalam oven ini. 

Kue atau roti kompia ini bisa polosan, bisa juga di dalamnya ada isiannya, bisa daging cincang babi dan rumput laut. Eits, ini kan kuliner dari China sana, sejarah ya, bahas sejarah, mereka di sana dulu gak ada haram²an, semua makanan itu bisa dimakan, yang haram itu yang keluar dari mulut bukan yang masuk ke dalam mulut. #catet

Lanjut lagi, seiring waktu isian kompia ini bisa macam², ada juga kompia empuk dengan isian coklat atau apalah, tergantung variasi pembuatnya. 

Bahan utama membuat roti atau kue kompia ini ya sama seperti adonan  pembuatan roti lainnya, seperti ada tepung terigu, gula, susu, ragi, dan bahan lainnya. Plus taburan wijen di atas kue atau roti ini, mirip seperti onde² yang bertabur wijen. 

Tak hanya di NTT, kompia atau kompiang atau kompyang ini sudah menyebar dimana-mana, seperti Solo, Semarang, Surabaya, Malang, Kupang, Manggarai hingga Mataram. Masing² daerah ada ciri khasnya namun secara umum kuliner aslinya berasal dari China, jangan diklaim ya Indonesia? Jangan niru negara tetangga Malaysia yang suka main klaim apa saja yang bersumber dari negara lain. 

Begitulah kira² bahasan singkat soal kuliner roti atau kue kompia atau kompiang atau kompyang yang umum ditemui saat kita jalan-jalan jajan ke kawasan Pecinan. 

Semoga bisa menambah wawasan terkait kuliner ya. Karena apa? Karena kita gaksukalapar, sampai jumpa dibahasan lainnya lagi. Post ini adalah janji saya pada postingan sebelumnya, dan sudah terbayar lunas. -cpr

#onedayonepost
#kuliner
#cemilan
#snack
#kompia
#kompiang
#kompyang
#informasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ini tempat untuk berinteraksi, ketika ada ide yang lain atau sumbang saran, di sini tempatnya. Salam kenal sebelumnya :)

Adbox